Tokoh Dunia Bahas “Green Society”
Indonesia menjadi koordinator seminar widya telewicara yang menghubungkan ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di tiga benua, 12 negara dan meliputi rentang waktu sekitar 17 jam.
Teknologi widya telewicara ini menyatukan berbagai bangsa yang berbeda benua sehingga lebih efisien karena para tokoh dunia tidak perlu melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang. Perguruan tinggi paling timur yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah Universitas Negeri Papua (GMT +9) dan perguruan tinggi paling barat adalah Columbia University di New York (GMT -8).
Tujuan seminar online yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan UNESCO dan Connet Asia adalah membahas berbagai isu penting, diantaranya pembangunan keberkelanjutan dan kesejahteraan umat manusia. Seminar ini juga membuktikan bahwa melalui widya telewicara, jarak dan perjalanan jauh bisa disiasati sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.
Adapun yang membuka seminar ini adalah Mendikbud Muhammad Nuh. Nuh menyambut baik yang mempertemukan tokoh-tokoh dunia ini. Ada pula Guru Besar Universitas Indonesia, Emil Salim yang akan berbicara dari Jakarta. “Pembangunan berkelanjutan adalah perpaduan antara manusia, alam dan tuhan,” ujar Emil. Menurut Emil, muatan lokal tidak hanya berguna bagi pembangunan berkelanjutan sebuah daerah, tetapi juga bagi pembangunan sebuah negara bahkan dunia.
Dekan Fakultas Kajian Lingkungan dan Informasi Keio University, yang juga dikenal sebagai bapak internet Jepang, Jun Murray yang berbicara dari Tokyo menyatakan seminar ini merupakan kesempatan bagi dunia untuk mengumpulkan data-data terkait isu lingkungan. “Saya berharap akan menemukan solusi untuk dunia yang lebih baik,” ujarnya.
Selain itu, beberapa pembicara yang ikut andil dalam seminar ini adalah Direktur Jenderal Unesco Irina Bokova, dan Duta Budaya dari Unesco, Herbie Hancock yang berbicara dari Los Angeles. Direktur the Earth Institute, Columbia University Jeffrey Sachs menjadi pembicara kunci dari New York, Amerika Serikat. Mantan Rektor United Nations University, Hans Van Ginkel juga menyumbangkan aspirasinya dari Utrecht, Belanda. Turut serta pula mantan Presiden Club of Rome, R Martin Lees yang berbicara dari Perancis dan Guru Besar Universitas Malaya, Faridah Noor, yang berbicara dari Kuala Lumpur. (dikti)